Jumat, 28 Agustus 2009

Sifat Kita Yang Sesungguhnya

Sahabat, tadi waktu sholat jumat saya mendengarkan khutbah jumat yang lumayan membuka dan memberi jawab atas pertanyaanku selama ini. meski sambil ngantuk-ngantuk waktu mendengarnya.
Ada suatu komentar yang mungkin sudah sering kita dengar dari sang khotib. "Pada bulan puasa syetan akan di belenggu" tak lupa khotib mengatakan itu adalah hadist nabi.
Ini yang menjadi tanda tanya bagi saya dari dulu, dan hari ini baru saya dapatkan jawabannya. pertanyaannya cukup sederhana:
"Jika benar syetan di bulan puasa ini di belenggu, lantas kenapa masih saja kita melakukan perbuatan-perbuatan yang kurang baik di bulan puasa ini?"
Iya tho, buktinya kita kadang masih bermalas-malasan, padahal kita tahu malas adalah kerjaan syetan. Tidur seharian menunggu waktu berbuka puasa. Perhatikan juga ketika kita pulang dari bekerja, dijalanan begitu banyak orang-orang yang tergesa-gesa untuk segera sampai rumah. sehingga mengabaikan kepentingan orang lain, dengan berlalu lintas tidak tertib. Ketika jalanan jadi macet, lantas mengeluh dan ada rasa kesal didalam hati. Merugikan orang lain, dsb-nya.
Sahabat, dari situlah saya jadi memahami bahwa benar adanya kata Rasulullah, bahwa dibulan puasa ini syetan di belenggu. Dan apa yang kita lakukan dibulan puasa ini adalah cermin asli sifat yang kita miliki. Syetan tidak berperan dalam perbuatan-perbuatan yang kita lakukan.
Bukankah Allah berkata manusia memang hobby tergesa-gesa dan berkeluh kesah, jadi meski pun syetan sudah dibelenggu, kita tetap melakukan perbuatan yang kurang terpuji tersebut. Dan mungkin ini adalah salah satu anugrah dari Allah yang belum pernah kita sadari sebelumnya. Yang kita tahu selama ini adalah puasa adalah menahan diri dari makan minum dan hawa nafsu, tetapi kita tidak menyadari bahwa dibalik ungkapan nabi tersebut ada makna yang tersembunyi.
Sahabat, saya merasa dibulan puasa inilah saat yang tepat buat kita mengukur sejauh apa keburukan diri kita. Kemudian melakukan intropeksi diri, agar hal-hal yang kurang baik di diri kita dapat kita perbaiki. Sebab saat inilah, Sifat kita yang asli itu terlihat dengan jelas-nya. Bukan karena hasutan syetan, tapi memang itulah sifat kita yang sesungguhnya. Waallahua'lam bishowab.
Sahabat, semoga ini bermanfaat buat kita semua. Dan menjadikan kita lebih arif dan bijak dalam bertindak di kehidupan dunia ini. Sadari dan renungilah, semoga Tuhan berkenan pada diri kita.

Senin, 03 Agustus 2009

KEBAHAGIAN SEJATI

Sahabat, dulu semasa saya masih tinggal di Yogyakarta; pada suatu ketika teman kos bertanya kepada saya tentang tujuan hidup saya. Saya jawab “Aku ingin hidup sukses, kaya raya, dan semua yang enak-enak”. Itu adalah jawaban tolol yang dulu saya berikan, sebelum saya memahami hakekat kehidupan. Kemudian teman kos yang lebih senior bertanya kembali, kalau kamu sudah sukses, sudah kaya raya, semua yang kau cita-citakan tercapai, lalu apa lagi yang akan kamu cari?
Pertanyaan terakhir itu, terus membayangi pikiran saya waktu itu dan akhirnya saya sadari bahwa semua yang kita cita-citakan, semua yang menjadi impian kita tujuannya adalah satu yaitu Hidup Bahagia. Ok, sekarang kita sudah punya patokan bahwa dalam hidup ini kita inginkan kebahagian. Terserah bagaimana kita mendefinisikan kebahagaian, sebab ukuran kebahagian masing-masing Pribadi adalah berbeda-beda. Ada sebagian dari kita yang merasa bahagia dengan kesederhanaannya, ada yang bahagia dengan segala harta kekayaanya, ada yang bahagia karena ilmu-nya, keluarga-nya, ke-imanan-nya, cinta-nya dan ukuran-ukuran lainnya.
Kalau kita perhatikan dan kita renungkan secara seksama, kebahagian itu adalah pekerjaan hati. Bagaimanapun keadaan kita saat ini, kalau hati kita merasa nyaman, merasa senang, tenang dan damai, maka kebahagian itu akan hadir dengan sendirinya. Andaikan kita miskin, lapar, dan terhina akan tetapi kalau hati kita tidak merasa demikian maka itulah kebahagiaan. Yang menjadi masalah sekarang adalah bagaimana kita menciptakan suasana hati agar tetap diliputi dengan kebahagiaan. Sebab tidak sedikit kebahagian yang kita rasakan dalam sekejap bisa menjadi kesedihan dan penderitaan.
Sahabat, kita hidup dilingkungan yang dinamis. Yang namanya kebahagian dan kesedihan akan selalu datang silih berganti, seperti halnya bergulirnya siang dan malam. Kita tidak bisa menghindari yang namanya perasaan sedih dan berduka, seperti halnya kita tidak bisa berharap kebahagiaan akan selalu menghampiri diri kita setiap saat. Kesedihan akan selalu datang, bahkan ketika kita kehilangan perasaan bahagia itu sendiri, kita akan bersedih karenanya. Ya kita bersedih kenapa kok hanya sebentar kita bertemu dengan kawan-kawan lama kita, padahal kita sangat bahagia sekali bisa berjumpa dengan mereka. Kenapa kok rasanya cuma sekejap saja, kok cepat sekali…. Dan banyak lagi kenapa-kenapa yang lainnya yang membuat diri kita malah menjadi sedih dan berduka. Saya sedih karena ini, karena itu, hati kita jadi layu dan tidak bergairah. Senyum yang biasanya menghiasi keceriaan kita juga menghilang. Lantas apa yang dapat kita perbuat?
Sahabat, Kebahagian Sejati hanya ada dalam hati kita masing-masing. Kita tidak bisa berharap orang lain bekerja untuk membuat diri kita bahagia. Yang bisa membuat diri kita bahagia adalah diri kita sendiri. Caranya bukan dengan menghindari kesedihan dan memaksa hati untuk bergembira, dengan menyibukkan diri dan melarikan diri dari realitas yang ada, bukan seperti itu caranya, . Tetapi caranya sungguh sangat sederhana, yaitu PERHATIKAN PERUBAHAN SUASANA DALAM HATI ANDA. Dengan menyadari keberadaannya (kesedihan dan kebahagian), Insya Allah, kita akan memiliki batin yang seimbang. Tidak terlalu bergembira disaat kebahagian datang dan tidak terlalu bersedih manakala penderitaan menghantui. Semua akan terlihat sama saja, antara sedih dan bahagia, antara duka dan gembira. Itulah inti dari Kebahagian Sejati, Kebahagian yang sesungguhnya kita cari-cari selama ini. 
Sahabat, semoga ini bermanfaat buat kita semua. Dan menjadikan kita lebih arif dan bijak dalam bertindak di kehidupan dunia ini. Sadari dan renungilah, semoga Tuhan berkenan pada diri kita.

share on facebook

Senin, 20 Juli 2009

Apa Adanya

Jadilah manusia sebagaimana adanya, jalani apa yang memang harus dijalani. Tak perlu kita terpaku pada apa kehendak hati, sebab antara mahluk dan Pencipta Alam Semesta sama-sama memiliki kehendak. Oleh karena itu, mahluk selamanya tidak akan pernah dapat mengalahkan kehendak Sang Pencipta-nya.

Pandanglah segala sesuatu dengan apa adanya, bertanyalah pada hati kecilmu tentang segala yang diingini. Maka jawabnya ada pada diri sendiri yang batinnya sudah diliputi dengan mawas diri.

Hidup ini penuh dengan keajaiban yang datangnya tidak terduga, dan tak disangka-sangka. Jika manusia sadar akan hal itu, maka ia akan jatuh tersungkur menyesali kebodohan dan keangkuhannya. Air matanya jadi kering karena penyesalan yang tidak ada habisnya. Saat bencana datang hanya satu yang dapat menolongnya, yang selama ini tidak pernah diperhatikannya dengan hati yang sadar.

Hidup ini lebih mudah untuk menyalahkan daripada dipersalahkan, lebih mudah menilai ketimbang dinilai. Tetapi hidup ini sebenarnya bukan untuk menilai dan dinilai, hidup ini diciptakan untuk dinikmati serta dihayati dengan apa adanya. Batin yang tenang dan seimbang tak akan goyah dengan nilai-nilai. Sebab manusia tidak berhak menilai, semua nilai adalah milik Sang Pencipta.

Bila bumi terbentang di bawah kita, kenapa susah payah mencari tempat berbaring? Bila lengan ini masih ada, kenapa kita masih membutuhkan bantal? Bila telapak tangan kita masih ada, mengapa bingung mencari piring dan cangkir? Bila cuaca udara masih ada, kulit kayu dan sebagainya tersedia, mengapa masih membutuhkan sutera?” [dikutip dari falsafah Bhagavata]

SocialTwist Tell-a-Friend

Arti Sebuah Kehidupan

Sahabat, senang hari ini saya dapat berjumpa dengan sahabat semuanya dihari yang cerah dan gemilang ini. Salam sejahtera buat sahabat tercinta semuanya.

Sahabat, tanpa terasa waktu telah berlalu dari hadapan kita. Dan berkat bimbingan serta ridho-NYA, kita masih bisa berbuat banyak dalam hidup ini. Dan perkenankan kali ini saya berbagi tentang arti dan makna hidup ini, sejauh yang saya pahami selama ini.

Sahabat, hidup kita ini akan memiliki arti dan berarti bagi segenap alam semesta manakala dalam kehidupan ini, diri kita senantiasa mengembangkan dan menumbuhkan rasa cinta kasih, kebaikan, serta kearifan dan kebijaksanaan dalam menjalaninya. Cinta kasih yang seperti apakah yang pantas kita kembangkan dalam hati kita? Cinta kasih yang tidak mengikat diri kita, cinta kasih yang membebaskan diri kita dari segala belenggu-belenggu dan pembatasan-pembatasan dalam berbagi. Berbagilah cinta kasih selama itu memang layak untuk kita bagi kepada seluruh mahluk tanpa terkecuali. Berbuat baiklah semampu yang dapat kita lakukan, terhadap siapa pun jua. Berbuat baik, dengan membersihkan diri dari perasaan mengharap pujian dan balasan pahala. Itulah jiwa orang yang arif dan bijaksana, dimana segala tindakkan sudah tidak mengharapkan balasan. Jiwa yang sudah menyatu dengan nilai-nilai Illahiah, bukankah Allah, selalu berbuat baik kepada seluruh umat-NYA tanpa pernah meminta imbalan dari hamba-hamba-NYA?

Sahabat, lakukanlah hal yang terbaik yang bisa sahabat lakukan, karena rasa cinta, karena kasih sayang, dengan penuh simpatik. Cinta yang universal, bukan cinta yang akan mengikat diri kita. Semoga dunia selalu memberikan kesempatan kepada diri kita untuk berbuat baik dan mengembangkan dhamma.

”Kehidupan bagaikan buih yang lalu lalang di atas gelombang samudra,
Hanya dua hal yang nampak jelas bagaikan batu karang;
Belas kasihan kepada penderitaan orang lain,
Dan keberanian yang harus ada pada diri sendiri.”

Sahabat, sadarilah dan renungilah semoga Allah berkenan pada diri kita.

SocialTwist Tell-a-Friend

Rabu, 01 Juli 2009

Kemalangan adalah Keberuntungan

Sahabat, hari ini saya iseng-iseng buka facebook. Iseng-iseng searching, klik sana, klik sini, tidak tahu dari mana asal mulanya sampai saya nyasar ke sebuah notes di halaman facebook seseorang. Hati saya sungguh trenyuh membaca sebuah kisah kehidupan seseorang yang ditulis di notes tersebut. Yang intinya Beliau senantiasa di rundung kemalangan dalam kehidupannya, sehingga seolah-olah Beliau meng-’gugat’ kepada Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, mengapa ujian tidak pernah lepas dari kehidupannya [Semoga Beliau dikaruniai kesabaran dalam menghadapinya].

Sahabat, siapa sih orang yang tidak sedih ditinggalkan orang-orang tercinta-nya. Semua orang, Insya Allah, pasti akan bersedih. Bahkan seorang penjahat yang paling bejat pun akan merasa sedih dan menangis bila hal itu menimpanya. Apalagi kesedihan dan kemalangan itu menimpa diri kita secara terus menerus dan seakan-akan tidak ada habis-habisnya. Dan kadang kala disaat-saat seperti inilah jiwa kita menjadi labil, keimanan kita benar-benar di sedang di ujung tanduk, akan kah kita tetap teguh pendirian dengan keimanan kita atau menafikkan keberadaan-NYA. Mungkin kita merasa bahwa Allah tidak Adil, Allah tidak sayang, Allah tidak mengasihi, dan sebagainya. Sahabat, hal itu pernah saya alami sendiri dan hampir-hampir saya menjadi Atheis karenanya. Alhamdulillah, Allah berkenan menunjukkan kebesaran Cinta dan Kasihsayang-NYA kepada saya. Dan itulah yang akan saya bagi kepada sahabat-sahabat tercinta.

Sahabat, ketahuilah sesungguhnya kemalangan, kesedihan, dan cobaan yang datang bertubi-tubi menimpa diri kita adalah sebuah anugrah yang tak ternilai harganya. Sebab dengan ujian tersebut Allah hendak memilih kita menjadi kekasih-NYA dan semakin mendekatkan diri kita kepada-NYA. Bukankah dengan jalan kemalangan dan kesialan yang datang bertubi-tubi akan membuat diri kita semakin banyak berdoa dan berkeluh kesah kepada-NYA, sehingga semakin banyak waktu yang kita gunakan untuk selalu mengingat-NYA. Yang dengan demikian Allah hendak membuat diri kita kelak diingat oleh-NYA seperti kita mengingat-NYA selama hidup di dunia ini.

Sahabat, Allah memberikan dua pilihan kepada kita. Pertama, Kita diberikannya hidup dengan segala kemudahan dan kemewahannya sehingga kita menjadi seorang yang lalai mengingat-NYA sehingga nanti Allah pun akan melupakan kita seperti kita melupakan-NYA selama hidup di dunia ini. Kedua, Kita diberikan hidup dengan berbagai ujian dan kemalangan yang menerpa sepanjang hidup, sehingga kita senantiasa rajin ber-istighfar dan berdoa seraya mengingat-NYA dan kelak di akherat Allah akan menyambut kita dengan Senyuman serta mendekat-kan diri kita Kepada-NYA dan itu adalah kekal abadi. Kira-kira mana yang akan kita pilih? Kebahagian yang sesaat di dunia ini atau Kemalangan sesaat yang kita pilih? Silahkan renungkan sendiri.

Sahabat, kalau boleh saya ibaratkan diri kita ini seperti Guci dari negeri Tiongkok yang terkenal itu. Guci yang sangat indah dan kokoh itu dulu hanyalah segumpal tanah liat. Dan untuk menjadi sebuah guci yang indah harus mengalami beberapa fase proses yang panjang. Dari mulai tanah liat tersebut di hantam cangkul, di injak-injak, di guyur air, di press, kemudian di remet-remet untuk menjadi bentuk tertentu, di gores dengan pisau untuk menciptakan ornament, kemudian di jemur di terik matahari, kemudian di bakar di dalam oven bersuhu 1000 derajat. Dan hasilnya sungguh menakjubkan. Bukankah diri kita juga berasal dari tanah liat? Dan untuk menjadi bagus kita harus ditempa dengan segala bentuk ujian dan kemalangan, seperti layaknya guci keramik tersebut.

Sahabat, setiap diri kita mungkin pernah merasakan hal-hal yang kurang mengenakan dan tidak kita harapkan dalam hidup ini. Kita menjadi sedih karenanya, itu wajar dan memang seharusnya kita bersedih dan berduka. Dan bersyukurlah karena dengan kemalangan dan kesedihan itu akan membawa diri kita semakin dekat kepada-NYA, semakin banyak waktu yang kita gunakan untuk senantiasa mengingat-NYA, dan banyak hal lain lagi yang akan menuntun diri kita menjadi manusia yang mawas diri di hadapan-NYA. Bukankah Dia sudah menjelaskan kepada kita, bahwa hidup di dunia ini sekedar main-main belaka. Sebab kehidupan sejati akan kita dapatkan setelah kehidupan ini.

Sahabat, semoga uraian saya ini dapat menginspirasi buat pencerahan hati kita. Ingatlah Allah tidak pernah Tidur, Dia senantiasa sibuk mengurus urusan mahluk-NYA. Dan kita senantiasa diperhatikan oleh-NYA. Percayalah bahwa kemalangan yang kita dapati adalah sebuah keberuntungan yang tidak ternilai harganya. Sadarilah dan renungilah, semoga Allah berkenan pada diri kita. Salam.

SocialTwist Tell-a-Friend

Minggu, 21 Juni 2009

Berbahagialah Sahabat…

Sahabat, rasanya hari ini sangat pantas Anda-anda sekalian mendapatkan ucapan selamat atas kehidupan yang hari ini masih sahabat sekalian genggam dan nikmati di dunia ini. Dan sungguh beruntung sahabat mendapatkan kesempatan dan kepercayaan dari Tuhan kita, Allah SWT, menjadi satu dari sekian milyar manusia yang pernah Dia ciptakan dimuka bumi ini dengan Cinta dan Kasih sayang-NYA, untuk tetap menempuh pendidikan di institusi “Jagad Raya” ini. Mengapa saya katakan demikian?
Sahabat, banyak lho dari saudara-saudara kita yang tidak diberikan kepercayaan dan kehormatan oleh Allah untuk menempuh pendidikan dan pengajaran di institusi yang sangat luar biasa ini, mereka harus segera kembali ke Pencipta-NYA, sesaat setelah lahir, atau hanya diberikan kesempatan belajar hanya sebentar untuk ‘menuntut ilmu’, bahkan ada saudara-saudara kita yang belum lahir pun sudah harus ’kembali’.
Sahabat, tahukah Anda bahwa kehidupan di dunia ini adalah sebuah ‘Institusi Pendidikan’ buat Ruh kita; sebuah kawah candradimuka buat Jiwa kita; dimana diri kita akan ditempa dan digembleng sehingga menjadi mahluk yang pantas mendapatkan hormat dari para malaikat, iblis dan mahluk-mahluk lainnya. Intitusi yang hanya diberikan pada sahabat-sahabat tercinta untuk menerima tetesan-tetesan Ilmu-NYA, sehingga dengan demikian Dia hendak menempatkan diri kita beberapa derajat pada posisi yang lebih terhormat dihadapan mahluk-mahluk lainnya.
Sahabat, pernahkah terlintas dan terpikir dalam benak sahabat seandainya kita tidak pernah bersemayam dalam raga ini? Kira-kira apa yang ada dalam bayangan sahabat sekalian? Bukankah kita akan tinggal di alam penantian, yang hanya menunggu datangnya hari kiamat. Seandainya, itu yang terjadi pada diri kita, maka rasanya kita tidak akan pernah mengenal dan mendapatkan percikan Ilmu Allah, yang jika ditulis dengan tinta sebanyak air samudra, ditambah tujuh kalinya lagi tidak akan cukup buat menuliskan Ilmu-NYA. Rasanya kita tidak akan pernah tahu apa itu Fisika, Kimia, Matematika, Sastra, Astronomi, Biologi, Musik, dan masih banyak Ilmu-ilmu lainnya yang hanya bisa kita dapatkan di kehidupan dunia ini dan hanya bisa kita lakukan jika ‘Ruh’ kita mendiami raga kita sekarang ini. Rasanya sangat mustahil ya, kalau kita hidup di alam ruh, kemudian kita bisa mempelajari ilmu-ilmu faal atau ilmu kedokteran atau ilmu-ilmu lainnya. Atau mungkinkah kita bisa membuat kapal laut, tanpa pernah belajar hukum Archimedes, atau bisakah kita membuat pesawat terbang dan kemudian menerbangkannya tanpa pernah tahu hukum Bernouli? Rasanya tidak mungkin, sebab ilmu-ilmu itu hanya bisa kita pelajari disini, bukankah begitu sahabat? Waallahua’alam bishawab.
Oleh karena itu, diawal saya mengucapkan selamat kepada sahabat-sahabat sekalian. Berbahagialah, karena Anda mendapatkan jatah satu ‘kursi’ dibangku pendidikan yang sangat luar biasa ini. Anda bisa mendapatkan kesempatan emas ini secara gratis, tidak perlu antri untuk mendaftar, tidak perlu menjalani berbagai test akademik, psikotest, dan test-test lainnya. Dan lebih hebatnya lagi, Institusi Pendidikan ini, tidak memunggut biaya sepeserpun. Bahkan kita mendapatkan ‘beasiswa’ se-umur hidup, diberikan fasilitas gratis, rumah, mobil, dan perlengkapan hidup lainnya. Dan ‘beasiswa’ itu, Ia berikan kepada seluruh ‘siswa’ tanpa terkecuali; ingat tanpa Terkecuali! meskipun ‘siswa’ tersebut buandel, pembangkang, tidak bisa diatur, tidak pernah mengingat-NYA, apalagi bersyukur kepada-NYA. Tetapi Allah, tetap memberikannya jatah ‘beasiswa’-nya tanpa dipotong barang sedikit pun. Subhanallah, Sungguh Maha Sempurna ada-NYA.
Sahabat, ingatlah nasehat para bijak ‘janganlah berhenti untuk belajar’. Selama Ruh kita masih bersemayam dalam raga ini, teruslah belajar dan belajar. Belajar bukan berarti kita harus duduk di bangku-bangku sekolahan, seperti yang sahabat pahami selama ini. Tetapi belajar bisa kita lakukan dimana pun dan kapan pun dan dari siapa pun datangnya. Belajar dari alam dan lingkungan, Semoga kita benar-benar menjadi mahluk yang pantas mendapatkan kehormatan yang sangat luar biasa ini. Sadarilah dan renungilah, semoga Allah berkenan pada diri kita. Salam.

SocialTwist Tell-a-Friend

Selasa, 16 Juni 2009

Dimanakah Shirathal Mustaqiem itu?

Sahabat, mungkin ada diantara kita waktu kecil dahulu pernah mendengar cerita tentang hari kiamat. Katanya disana nanti kita akan disuruh melewati sebuah ‘jembatan’ yang sangat-sangat tipis, bahkan diibaratkan seperti rambut bayi yang dibelah menjadi tujuh bagian. Dan kita, katanya, dipaksa oleh malaikat untuk menyebrangi jembatan tersebut. Yang lolos sampai ke seberang, surga-lah imbalannya; dan yang kurang terampil akan jatuh ke dasar jurang, dimana api neraka sudah siap menunggunya. Mungkin ada diantara kita waktu kecil dulu, karena ter-inspirasi oleh cerita tersebut, lantas melakukan pelatihan jalan menyebrangi sebatang bamboo. Latihan keseimbangan dengan harapan nanti kita sudah terlatih sehingga tidak terpeleset dan terpelanting jatuh ke jurang neraka. 
Sahabat, jika benar seperti itu adanya; sepertinya kita harus berpikir ulang untuk belajar menjadi pemain sirkus. Sehingga bisa berjalan diatas seutas tali di ketinggian 10 meter, atau naik sepeda roda satu. Tapi benarkah seperti itu ya di hari penghisaban nanti? Waallahua’lam. Hanya Allah yang tahu dan sudah selayaknya kita menyerahkan segala urusan yang gaib hanya kepada-NYA.
Sahabat, hari ini mari ijinkan saya untuk menguraikan pemaham saya tentang ‘Jalan Lurus Yang Sempit’ – Shirathal mustaqiem. Mudah-mudahan apa yang saya uraikan bisa menjadi bahan perenungan buat kita, dan mudah-mudahan Allah membimbing kita.
Sahabat, bagi saya sirathal mustaqiem itu adanya adalah di dunia ini. Bukan di hari kiamat seperti cerita yang dahulu saya dengar waktu kecil. Sirathal mustaqiem, itu setiap hari kita lewati. Kita lalui, baik ketika kita aktif bergerak maupun dikala kita duduk. Jalan yang senantiasa kita lewati ketika kita banyak bicara maupun ketika kita terdiam membisu. Intinya disetiap waktu dan setiap kesempatan disitulah sirathal mustaqiem kita lalui. Disaat kita bercanda, disaat kita serius bekerja, disaat kita sendirian, dan disaat kita berinteraksi dengan lingkungan.
Sirathal mustaqiem adalah sebuah jalan kehidupan yang sangat-sangat tipis sekali. Yang sangat-sangat tipis membedakan antara kebenaran dan kesalahan, antara kebatilan dan kemungkaran, antara kebaikan dan keburukan. Buktinya apa?
Sahabat, saya bukanlah seorang muslim yang rajin menghadiri sebuah majelis-majelis ceramah keagamaan. Saya hanya kadang-kadang mengikutinya dari siaran di tv, radio, atau dari masjid dekat rumah yang memasang speaker-nya keras-keras sehingga bisa didengar dari rumah. Kadang kalau mendengar ceramah-ceramah keagamaan, saya itu mengelus dada dan memohon ampun kepada-NYA. Mengapa? Yah bagaimana tidak, kadang para penceramah itu mengabarkan kebaikan tapi juga mereka kadang merendahkan orang lain. Dalam benak saya apakah mereka tidak berpikir kalau ucapannya itu atau sindirannya itu bisa menyakiti hati orang lain. Mungkin apa yang dikatakannya benar adanya, tetapi mereka telah dijebak oleh syaitan dari jalan kebaikan dan tanpa disadari, dan bisa jadi itulah bentuk ujian dari Allah.
Itu hanyalah salah satu contoh, masih banyak lagi contoh-contoh lain yang mungkin saja pernah kita alami sendiri. Banyak, sangat banyak. Hanya diri kitalah yang bisa mengukurnya. Karena sangat-sangat tipisnya antara kebaikan dan keburukan itu, makanya Allah melalui Utusan-NYA mengajarkan kita untuk selalu membaca surat Al-fatekah pada setiap rakaat dalam shalat, shalat apa pun itu. Sahabat semua pasti sudah lebih tahu dan paham, bahwa disana ada doa yang sangat indah. Yaitu Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nimat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (QS 1 : 6 -7)
Sahabat, itulah makna yang saya pahami tentang sirathal mustaqiem. Sirathal mustaqiem ya ini, kehidupan di dunia ini, bukan ditempat lain. Lantas apa yang akan kita lakukan? Ada baiknya kita lebih berhati-hati dalam setiap melakukan tindakan dalam hidup ini, dipikirkan dengan cara yang arif dan bijaksana. Agar kita tidak terpeleset dan terpelanting dalam anggapan yang menurut kita adalah baik dan benar. Belum tentu apa yang kita pahami dan kita jalani, yang menurut kita baik itu benar-benar baik. Tapi jangan takut untuk melangkah dan berbuat baik, percayalah Allah akan selalu membimbing kita. Seperti halnya seekor semut yang tersesat dari jalur perjalanannya. (Kalau ada waktu sempatkanlah untuk memperhatikan semut yang berjalan beriringan di dinding atau di tanah). Seperti itulah Allah akan membimbing kita menuju kepada-NYA. Allah Maha Pengasih dan Penyayang semua umat-NYA.
Sahabat, semoga ini bermanfaat buat kita semua. Dan menjadikan kita lebih arif dan bijak dalam bertindak di kehidupan dunia ini. Sadari dan renungilah, semoga Tuhan berkenan pada diri kita.

SocialTwist Tell-a-Friend

Senin, 15 Juni 2009

Dimanakah letak Keadilan Tuhan?

Suatu ketika, seorang teman yang memeluk agama budha datang berkunjung ke rumah (sekarang dia menjadi moslem, Alhamdulillah). Sudah menjadi kebiasaan kami pada waktu itu, apabila bertemu kami saling berdiskusi tentang agama dan keyakinan kami sampai larut malam.
Saya sangat terkejut ketika dia bertanya kepada saya begini:
“Gung, katanya Tuhan – Allahmu itu Maha Adil? Apa buktinya? Bukankah kau lihat sendiri, kalau Tuhan-mu itu Maha Adil kenapa Dia ciptakan manusia itu ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang cacat, dan sebagainya? Kalau demikian lantas dimana letak keadilan-NYA?”
Pertanyaan yang sangat-sangat sulit bagi saya untuk menjawabnya saat itu. Memang kalau kita perhatikan lingkungan disekeliling kita terlihat sekali bahwa Tuhan itu tidak adil. Sangat-sangat tidak adil, kenapa Dia tidak menciptakan seluruh mahluknya (manusia) dalam kondisi yang sama semuanya. Kalau kaya ya kaya semuanya, kalau miskin ya miskin semuanya. Pokoknya semua harus sama dan seragam, itu namanya baru adil.
Sulit, sungguh pertanyaan yang sangat sulit buat saya menjawabnya. Akhirnya saya minta waktu untuk merenungkannya, dan dia setuju. Akhirnya mulailah saya mencari-cari referensi, saya bolak-balik lembaran-lembaran Al-quran, dan referensi-referensi lainnya. Ternyata tidak ada jawaban yang secara jelas menerangkan tentang ke-Adilan Tuhan. Hampir putus asa waktu itu, tetapi kembali Allah menunjukkan ke-Besaran-NYA kepada saya. Pada saat saya tadarus di pagi hari, Allah menunjukkan sebuah ayat yang sangat-sangat indah, dan itulah jawaban atas pertanyaan teman saya.
Ayat tersebut intinya menerangkan bahwa kekayaan, kemiskinan, keberuntungan dan kemalangan itu sesungguhnya adalah cobaan atau ujian bagi kita. Orang kaya dan orang miskin yang hidup di dunia ini sama-sama sedang di uji keimanannya, begitu juga orang yang merasa beruntung dan orang yang merasa malang nasibnya juga sedang di uji keimanannya oleh Allah SWT. Jadi mudah dipahami disini, bahwa Tuhan sangat-sangat Adil, dan keadilan Allah terletak pada Ujian yang diberikan-NYA.
Mari kita lihat dimana korelasi antara UJIAN dan KEADILAN Allah itu. Perhatikan sekeliling kita, ada (bahkan banyak) orang-orang yang lupa kepada Allah karena mereka sibuk dengan harta dan keberuntungannya. Mereka lupa bersyukur, lupa sholat, dan sebagainya. Tetapi dilain sisi banyak juga orang-orang yang nasibnya kurang beruntung melakukan hal yang sama dengan orang-orang yang nasibnya lebih beruntung. Coba perhatikan mereka-mereka, maaf, yang hidupnya menengadahkan tangan di perempatan-perempatan jalan. Sempatkah mereka mengingat Allah? :). Padahal Allah sudah jelas menerangkan dalam kitab suci Al-quran, Allah akan melupakan orang-orang yang tidak pernah mengingat-NYA sebagaimana mereka telah melupakan-NYA selama di dunia ini. Naudzubillah. Dan di’sana’ nanti mereka itu (golongan beruntung dan golongan malang) akan sama-sama mendapatkan imbalan yang setimpal atas kelalaiannya. Jadi kalau Anda kaya dan merasa beruntung tetapi lupa kepada Allah, nasibnya tidak akan beda dengan jika Anda miskin dan merasa malang dalam hidup ini, yaitu sama-sama akan mendapatkan imbalan yang setara dengan kelalaian Anda. Tidak akan dibedakan pembalasan Allah nantinya, semua sama sesuai dengan amalannya di dunia. Adil bukan? :)
Jadi itulah letak Keadilan Allah. Sadarilah dan renungilah, semoga Allah berkenan kepada kita.

Kelahiran, Penantian, dan Kematian

Sahabat pernahkah terlintas dalam benak kita mengenai kelahiran kita di dunia ini? Untuk apa kita dilahirkan? Dan mengapa kita yang terpilih untuk dilahirkan di dunia ini, tanpa ada kesempatan untuk mengelak dari kelahiran ini.
Sahabat, sesungguhnya kelahiran itu adalah menunggu kematian. Itu yang pasti akan kita jalani di dunia ini. Lantas kapan penantian kita itu akan terjadi? Waallahua’lam. Hanya Tuhan yang memegang rahasia kematian setiap mahluk. Kalau demikian, lantas apa yang harus kita lakukan?
Sahabat, kematian adalah suatu hal yang pasti kita hadapi. Kita tidak usah takut menghadapinya, kita mustinya berbahagia karena dengan jalan kematian tersebut kita dapat bertemu dengan-NYA. Sebuah Dzat yang Maha Agung yang telah dengan Kemurahan-NYA mengulurkan Tangan-NYA untuk membentuk Pribadi kita.
Sahabat, mari kita hentikan sejenak hati kita dari kesibukan sehari-hari. Mari kita perhatikan dan kita renungkan apa yang akan kita lakukan dalam hidup ini. Pernah kah sahabat merasa jenuh dan penat melalui hari-hari yang terkadang membosankan, dengan rutinitas yang itu-itu saja. Bangun tidur, berangkat ke kantor, pulang lagi kerumah, tidur, bangun lagi… dan seterusnya.
Sahabat, jika sahabat mengalami hal semacam itu tak perlu rasanya kita mengeluh, kemudian mencari hal-hal negative untuk membayar kejenuhan kita. Bersyukurlah kepada-NYA, yang telah memberikan kesibukan pada diri kita masing-masing dengan segala rutinas-nya, sehingga dengan tiada terasa waktu penantian kita terlewatkan tanpa kita sadari. Dan tanpa terasa pula umur kita semakin habis, kemudian tibalah saat yang kita nanti-nantikan untuk berdiam diri di Alam Kelanggengan.
Coba bayangkan seandainya ini yang akan kita jalani ketika terlahir di dunia ini. Anda lahir, menangis untuk pertama kali, kemudian di nina bobokan oleh orang tua kita dengan kasih sayang. Kemudian setelah cukup umur, kita hanya duduk manis menunggu datangnya kematian. Padahal kita tidak pernah tahu kapan datangnya kematian tersebut, yang kita lakukan sehari-hari hanya duduk menunggu dari detik ke detik, dari menit ke menit, dari jam ke jam. Duduk, diam dan menunggu-nunggu malaikat datang menjemput kita. Kira-kira bosan tidak? Jenuh tidak? Sahabat sekalian pasti pernah merasakan betapa menyebalkan dan membosankannya pekerjaan yang namanya ‘menunggu’ itu.
Oleh karena itu sahabat, bersyukurlah kita kepada-NYA karena dengan kemurahan-NYA kita diberikan kesibukan sehingga kita tidak menyadari bahwa sisa hidup kita tinggallah sedikit. Dan saat-saat yang sahabat sekalian, dan juga Saya nanti-nantikan tiba dengan sendirinya. Saat dimana kita diberikan kesempatan untuk berjumpa dengan Sang Pencipta kita.
Jadi tugas kita hanyalah BEKERJA dengan sebaik-baiknya dan biarkan Tuhan yang memberikan BALASAN-nya. Sadarilah dan renungilah itu, semoga Tuhan berkenan pada diri kita.

SocialTwist Tell-a-Friend