Senin, 25 Januari 2010

Perhormatan Seperti Apa Yang Kita Cari?

Sahabat, kejadian ini terjadi saat saya bersama beberapa rekan kerja istirahat makan siang di warung tenda samping kantor kami. Saat kami tengah menikmati makan siang sambil ngobrol, tiba-tiba terjadi kegaduhan dijalanan tepat disamping tenda kami. Kami pun secara reflek bergegas keluar tenda dan mencoba melihat serta mencari tahu penyebab kegaduhan tersebut.
Pada saat kami sudah diluar, ada segerombolan orang sedang mengerubuti dua orang yang sepertinya sedang berselisih paham. Satu orang dengan celana pendek dan berkaos sport warna putih mengenakan rompi kulit warna hitam, tubuhnya cukup berisi, sementara yang satunya memakai celana jin lusuh berkaos coklat muda dan bertopi sambil menggendong tas punggung hitam yang sudah sobek sudut-sudutnya.
Kami melihat orang yang pertama mengangkat sepeda diatas kepalanya kemudian membanting sepeda tersebut ke aspal jalanan. Kemudian ia berlari mengejar orang kedua, dan mendaratkan beberapa kali pukulan dan tendangan ketubuhnya. Orang yang dipukul dan ditendang jatuh ke aspal sambil merintih kesakitan. Orang-orang yang melihat kejadian tersebut, sebenarnya sudah berusaha mencoba melerai dan menghalangi pertikaian tersebut. Akan tetapi mereka sudah tidak kuasa menahan tenaga orang yang sedang marah tersebut.
Saya mencoba mencari tahu apa yang menjadi sebab kemarahan orang yang membanting sepeda tersebut. Sahabat, sungguh ‘menakjubkan’ apa yang menjadi penyebab kemarahan orang tersebut. Masalahnya ternyata hanyalah sebuah kejadian yang sangat-sangat sepele.
Kejadian bermula ketika Si Pemarah tersebut hendak membuka pintu mobil-nya, dan tiba-tiba tanpa sengaja ada seorang pengendara sepeda yang menyenggol badannya, sehingga mukanya yang tambun itu kejedok ke pintu mobilnya. Memang saya lihat ada sedikit memar dibawah kelopak mata sebelah kanan Si Pemarah tersebut. Dan itulah yang menyebabkan dia bereaksi sangat keras seperti itu. Sungguh kejadian yang memalukan menurut saya, sebab Si pengendara sepeda sudah meminta maaf dan mengakui keteledorannya dalam mengendarai sepeda. Meskipun boleh dibilang kesalahan tidak semata-mata karena keteledorannya, tetapi bisa juga disebabkan oleh Si Kaya yang Pemarah tersebut sendiri. Kenapa dia waktu mau keluar dari mobil dan membuka pintu tidak lihat-lihat dulu ke arah belakang.
Sahabat, akhirnya pertikaian tersebut untuk sementara dapat direda, Si Pengendara sepeda sudah pergi meninggalkan lokasi kejadian. Akan tetapi Si Kaya yang Pemarah nampaknya masih memendam dendam, terbukti dia masih berusaha mengejar Si Pengendara Sepeda. Dan kita tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya.
Selepas kepergian Si Kaya nan Pemarah tersebut, saya kembali meneruskan makan siang. Dan pembicaraan orang-orang masih seputar kejadian yang baru saja terjadi. Pada umumnya mereka mencemoh dan menyalahkan Si Kaya nan Pemarah tadi, dan tidak ada suara-suara yang menaruh simpati pada sikapnya yang arogan dan terkesan sombong tersebut.
Sahabat, dari kejadian tersebut saya menjadi berpikir dan merenung. Orang tidak akan mendapatkan penghormatan yang baik dengan cara merendahkan orang lain. Buktinya ya, kejadian yang barusan saya lihat sendiri. Bukankah secara kasat mata harusnya Si Pengendara mobil mendapatkan penghormatan yang lebih tinggi dari Si Pengendara sepeda, sebab dia lebih kaya dan lebih berpendidikan tentunya. Tetapi karena sikapnya dan kemarahan yang berlebihan hanya karena masalah yang sangat-sangat sederhana, Ia sampai tega menghina orang lain dengan membanting sepedanya dijalanan seakan-akan sepeda itu tidak ada harganya sama sekali, kemudian diteruskan dengan pukulan dan tendangan yang membabi buta. Sungguh sangat memalukan.
Sahabat, mungkin ini bisa jadi pegangan buat kita “Kehormatan Tidak Akan Anda Dapatkan dengan Jalan Merendahkan Orang Lain.”
Sahabat, semoga ini bermanfaat buat kita semua. Dan menjadikan kita lebih arif dan bijak dalam bertindak di kehidupan dunia ini. Sadari dan renungilah, semoga Tuhan berkenan pada diri kita.