Selasa, 16 Juni 2009

Dimanakah Shirathal Mustaqiem itu?

Sahabat, mungkin ada diantara kita waktu kecil dahulu pernah mendengar cerita tentang hari kiamat. Katanya disana nanti kita akan disuruh melewati sebuah ‘jembatan’ yang sangat-sangat tipis, bahkan diibaratkan seperti rambut bayi yang dibelah menjadi tujuh bagian. Dan kita, katanya, dipaksa oleh malaikat untuk menyebrangi jembatan tersebut. Yang lolos sampai ke seberang, surga-lah imbalannya; dan yang kurang terampil akan jatuh ke dasar jurang, dimana api neraka sudah siap menunggunya. Mungkin ada diantara kita waktu kecil dulu, karena ter-inspirasi oleh cerita tersebut, lantas melakukan pelatihan jalan menyebrangi sebatang bamboo. Latihan keseimbangan dengan harapan nanti kita sudah terlatih sehingga tidak terpeleset dan terpelanting jatuh ke jurang neraka. 
Sahabat, jika benar seperti itu adanya; sepertinya kita harus berpikir ulang untuk belajar menjadi pemain sirkus. Sehingga bisa berjalan diatas seutas tali di ketinggian 10 meter, atau naik sepeda roda satu. Tapi benarkah seperti itu ya di hari penghisaban nanti? Waallahua’lam. Hanya Allah yang tahu dan sudah selayaknya kita menyerahkan segala urusan yang gaib hanya kepada-NYA.
Sahabat, hari ini mari ijinkan saya untuk menguraikan pemaham saya tentang ‘Jalan Lurus Yang Sempit’ – Shirathal mustaqiem. Mudah-mudahan apa yang saya uraikan bisa menjadi bahan perenungan buat kita, dan mudah-mudahan Allah membimbing kita.
Sahabat, bagi saya sirathal mustaqiem itu adanya adalah di dunia ini. Bukan di hari kiamat seperti cerita yang dahulu saya dengar waktu kecil. Sirathal mustaqiem, itu setiap hari kita lewati. Kita lalui, baik ketika kita aktif bergerak maupun dikala kita duduk. Jalan yang senantiasa kita lewati ketika kita banyak bicara maupun ketika kita terdiam membisu. Intinya disetiap waktu dan setiap kesempatan disitulah sirathal mustaqiem kita lalui. Disaat kita bercanda, disaat kita serius bekerja, disaat kita sendirian, dan disaat kita berinteraksi dengan lingkungan.
Sirathal mustaqiem adalah sebuah jalan kehidupan yang sangat-sangat tipis sekali. Yang sangat-sangat tipis membedakan antara kebenaran dan kesalahan, antara kebatilan dan kemungkaran, antara kebaikan dan keburukan. Buktinya apa?
Sahabat, saya bukanlah seorang muslim yang rajin menghadiri sebuah majelis-majelis ceramah keagamaan. Saya hanya kadang-kadang mengikutinya dari siaran di tv, radio, atau dari masjid dekat rumah yang memasang speaker-nya keras-keras sehingga bisa didengar dari rumah. Kadang kalau mendengar ceramah-ceramah keagamaan, saya itu mengelus dada dan memohon ampun kepada-NYA. Mengapa? Yah bagaimana tidak, kadang para penceramah itu mengabarkan kebaikan tapi juga mereka kadang merendahkan orang lain. Dalam benak saya apakah mereka tidak berpikir kalau ucapannya itu atau sindirannya itu bisa menyakiti hati orang lain. Mungkin apa yang dikatakannya benar adanya, tetapi mereka telah dijebak oleh syaitan dari jalan kebaikan dan tanpa disadari, dan bisa jadi itulah bentuk ujian dari Allah.
Itu hanyalah salah satu contoh, masih banyak lagi contoh-contoh lain yang mungkin saja pernah kita alami sendiri. Banyak, sangat banyak. Hanya diri kitalah yang bisa mengukurnya. Karena sangat-sangat tipisnya antara kebaikan dan keburukan itu, makanya Allah melalui Utusan-NYA mengajarkan kita untuk selalu membaca surat Al-fatekah pada setiap rakaat dalam shalat, shalat apa pun itu. Sahabat semua pasti sudah lebih tahu dan paham, bahwa disana ada doa yang sangat indah. Yaitu Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nimat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (QS 1 : 6 -7)
Sahabat, itulah makna yang saya pahami tentang sirathal mustaqiem. Sirathal mustaqiem ya ini, kehidupan di dunia ini, bukan ditempat lain. Lantas apa yang akan kita lakukan? Ada baiknya kita lebih berhati-hati dalam setiap melakukan tindakan dalam hidup ini, dipikirkan dengan cara yang arif dan bijaksana. Agar kita tidak terpeleset dan terpelanting dalam anggapan yang menurut kita adalah baik dan benar. Belum tentu apa yang kita pahami dan kita jalani, yang menurut kita baik itu benar-benar baik. Tapi jangan takut untuk melangkah dan berbuat baik, percayalah Allah akan selalu membimbing kita. Seperti halnya seekor semut yang tersesat dari jalur perjalanannya. (Kalau ada waktu sempatkanlah untuk memperhatikan semut yang berjalan beriringan di dinding atau di tanah). Seperti itulah Allah akan membimbing kita menuju kepada-NYA. Allah Maha Pengasih dan Penyayang semua umat-NYA.
Sahabat, semoga ini bermanfaat buat kita semua. Dan menjadikan kita lebih arif dan bijak dalam bertindak di kehidupan dunia ini. Sadari dan renungilah, semoga Tuhan berkenan pada diri kita.

SocialTwist Tell-a-Friend

Tidak ada komentar:

Posting Komentar